Mamuju, 8 Agustus 2025 – Kampus bukan hanya tempat belajar, melainkan juga benteng pertahanan. Di tengah ancaman Intoleransi, Radikalisme, Ekstremisme, dan Terorisme (IRET), perguruan tinggi kini menjadi garda terdepan untuk membendung ideologi berbahaya tersebut.
Penyebabnya beragam dan bisa kumulatif, gabungan beberapa kondisi. Karenanya penanganannya termasuk bagaimana mencegahnya pun mesti dilakukan secara multi-perspektif. Salah satunya dengan melakukan sosialisasi kepada sejumlah lapisan masyarakat.
Berangkat dari hal tersebut, Ka Satgaswil Sulawesi Barat Densus 88 AT Polri, Soffan Ansyari melakukan pertemuan dengan sejumlah perwakilan mahasiswa di salah satu cafe di Mamuju, Jumat (08/08). Pada itu, Soffan menyosialisasikan bahaya IRET kepada para agenda perubahan itu.
Kata Soffan, Sulawesi Barat boleh saja terlihat tenang dan damai. Meski keliru jika menjadikan asumsi itu sebagai dasar utama untuk mengatakan provinsi ke-33 ini tak menyimpan potensi IRET.
“Teman-teman mesti tahu, Sulbar ini merupakan daerah perlintasan, Sulsel-Sulbar-Sulteng. Potensi IRET itu ada dan cukup besar,” kata Soffan.
Ia pun mengajak para mahasiswa untuk dapat lebih peka terjadap kondisi sosial di Sulawesi Barat. Beberapa hal yang mesti diantisipasi, kata Soffan, diantaranya mewaspadai kelompok intoleran, merasa eksklusif hingga menganggap kebenaran hanya datang dari kelompoknya saja.
“Yang lain salah. Hingga mereka yang secara terang-terangan berani mengkafirkan orang lain. Hal-hal seperti ini yang sebaiknya perlu diwaspadai,” sambungnya.
Di Sulawesi Barat, Soffan mengungkap, sudah ada eks narapidana terorisme. Ada juga beberapa orang yang terdeteksi mantan anggota organisasi terlarang.
“Makanya kami mengajak agar teman-teman mahasiswa ini dapat menjadi corong anti IRET. Kami berharap, dengan sosialisasi seperti ini, kesadaran akan bahaya IRET dapat lebih membumi di Sulbar,” pungkas Soffan Ansyari. (fir)