Dosen Universitas Tomakaka Mamuju Melakukan PKM (Pengabdian Kepada Masyarakat) Pemberdayaan Petani Beras Merah Melalui Pendampingan Holistik Di Aralle Kabupaten Mamasa Menuju Kemandirian Sosial Dan Ekonomi

SorotanPena.id. Mamuju, 21 September 2025 — Dosen Universitas Tomakaka Mamuju Dr. Muhamad Azii, SE.,M.Si sebagai Ketua , Sedangkan Asri SP.,M.Si dan Muhlis Zainuddin, S.IP.,M.Si sebagai Anggota kegiatan bersama mahasiswa melakukan Program Pengabdian Kepada Masyarakat melalui hibah dari kemendiktisaintek  dengan meluncurkan program pengabdian berfokus pada pemberdayaan petani beras merah di Kecamatan Aralle, Kabupaten Mamasa, dengan pendekatan pendampingan holistik yang menyatukan peningkatan praktik budidaya, penguatan pascapanen, literasi keuangan, dan akses pasar berjejaring.Program ini dirancang selaras dengan skema pendanaan Pengabdian kepada Masyarakat yang diumumkan untuk Tahun Anggaran 2025 (Kemdiktisaintek/DPPM).

Gambar 1. Bersama Masyarakat Aralle Petani Beras Merah

 

 

Aralle—kecamatan di Kabupaten Mamasa, Sulawesi Barat—menjadi lokasi sasaran karena kedekatan sosial-ekonomi antarlembang/kelurahan serta akses ke pusat kabupaten, sehingga memudahkan konsolidasi kelompok tani dan logistik demplot. Dari sisi potensi, Mamasa merupakan salah satu lumbung padi penting Sulbar; data BPS terbaru menunjukkan produksi padi Mamasa >44 ribu ton pada 2024—basis yang kuat untuk hilirisasi komoditas bernilai tambah seperti beras merah lokal (BPS.2024)

Literatur agrodiversitas mencatat aksesi padi lokal beras merah di Mamasa (mis. Bae’ Merah/Ba’da, Kuse, Kamanda), terutama di Nosu—indikasi bahwa wilayah ini memiliki plasma nutfah dan narasi budaya pangan yang dapat diangkat lewat pendekatan pemberdayaan. Secara teknis, pendampingan budidaya akan menekankan perbaikan tata tanam, pemupukan berimbang, pengendalian OPT terpadu, dan pengelolaan air; sementara di hulu–hilir dilakukan pelatihan sortasi–grading, pengeringan, penyimpanan, penggilingan ramah mutu, hingga branding–labelling sesuai regulasi pangan olahan rumah tangga. rigasi kadang macet saat kemarau. Kalau ada pelatihan pemupukan dan pengendalian hama yang hemat biaya, kami bisa tetap panen walau air terbatas,” kata La’bi T., petani di Aralle Utara

Gambar 2. Kantor Kecamatan dan Staf Kecamatan Aralle

Pada tahap awal, dilakukan pemetaan rumah tangga tani dan diagnosis kendala (input, air, hama, permodalan, posisi tawar). Hasil diagnosis menjadi dasar rencana kerja 6–9 bulan, dengan penetapan indikator: peningkatan produktivitas, penurunan losses pascapanen, kepadanan kualitas (kadar air, derajat sosoh), serta marjin bersih. Tim menyiapkan demplot varietas beras merah untuk membandingkan paket teknologi, memfasilitasi farmer-to-farmer learning, dan memverifikasi rekomendasi pemupukan spesifik lokasi—agar praktik yang berhasil lekas menyebar di jaringan kelompok tani.“Sejak pandemi, kami lebih sering tanam beras merah karena tahan disimpan dan banyak dicari saat acara adat. Kami butuh cara mengeringkan yang benar supaya gabah tidak rusak lagi saat hujan,” ujar Rahma, petani di Aralle. “Kalau mutu beras merahnya seragam, kami bisa kemas kecil 1–5 kg dan jual lewat WhatsApp ke perantau Mamasa. Butuh bimbingan soal label dan izin P-IRT,” tutur Sitti, warga Aralle.

Denan menggunakan teknloogi pengering Rotary dryer diupayakan  Pengeringan tetap jalan meski mendung/gerimis—mengurangi risiko gabah lembap yang memicu jamur dan susut mutu. Laju pelepasan air stabil karena aliran udara panas dan agitation (pengadukan) di tabung berputar membuat kontak panas–massa lebih efektif serta lebih sedikit butir patah saat giling karena retak berkurang dan kadar air akhir tepat, sehingga rendemen beras merah naik.

Gambar 3. Dosen Universitas Tomakaka bersama TIM PKM dan Masyarakat

Ke depan, Pemdes menyatakan dukungan berupa fasilitasi lahan demplot, ruang pelatihan, dan koneksi ke jaringan penyuluh—agar pengetahuan tidak berhenti di pelatihan, tetapi menjadi rutinitas budidaya dan tatakelola pemasaran berbasis desa. Target dampak yang diincar meliputi: penurunan kehilangan hasil pascapanen, kenaikan pendapatan bersih lewat marjin pengolahan, terbentuknya unit usaha kolektif (koperasi/BUMDes), serta terpublikasinya cerita perubahan (testimoni warga) sebagai bahan advokasi. Dengan kolaborasi lintas unsur—dosen, mahasiswa, pemdes, dinas, penyuluh, koperasi, dan offtaker—pemberdayaan beras merah Aralle diharapkan menjadi model pengabdian yang adaptif dan terukur, yang bukan hanya menaikkan produksi, tapi juga menguatkan kemandirian sosial–ekonomi keluarga tani di Mamasa.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *