Cafe Olang Mesa: Menghirup Kopi, Menyesap Budaya di Tanah Mandar

MAJENE – Di jalan Letjen Moh. Yamin, Kecamatan Banggae, Kabupaten Majene, berdiri sebuah kafe yang tak hanya menyajikan kopi dan kudapan, tetapi juga menghidangkan semangat budaya lokal. Namanya Café Olang Mesa — sebuah tempat yang memadukan cita rasa dan identitas Mandar dalam suasana yang hangat dan akrab.

Olang Mesa bukan sekadar nama. Ia berasal dari nama perahu tradisional Mandar yang menjadi cikal bakal dari perahu legendaris Sandeq. Bagi masyarakat pesisir Mandar, perahu bukan hanya alat transportasi, tetapi simbol ketangguhan, keberanian, dan peradaban bahari. Semangat itulah yang coba dihidupkan kembali oleh Edwin, sang pemilik kafe.

“Salah satu cara mendekatkan budaya ke masyarakat adalah membuat kafe berkonsep budaya,” ujar Edwin.

Di Café Olang Mesa, pengunjung tidak hanya disuguhi minuman khas dan makanan lokal, tetapi juga suasana yang sarat makna. Interiornya menampilkan ornamen etnik khas Sulawesi Baratl. Musik tradisional Mandar sesekali mengalun lembut, menjadi latar dari obrolan santai para pengunjung.

Lebih dari sekadar tempat nongkrong, Olang Mesa juga menjadi ruang ekspresi komunitas. Beberapa kali, tempat ini menjadi lokasi diskusi budaya, pertunjukan musik akustik, hingga pameran mini karya anak muda Majene.

Baru-baru ini, tim Mitra Cinema (Mcinema.id), melakukan kunjungan khusus ke Café Olang Mesa. Dalam kunjungan ini, mereka berdiskusi tentang pengembangan konten budaya lokal berbasis visual, sekaligus menjajaki potensi kolaborasi dengan komunitas budaya Mandar.

“Tempat ini tidak hanya nyaman, tapi punya ruh. Cocok jadi lokasi produksi konten yang mengangkat warisan budaya Mandar,” ujar. Riady, Direktur Mcinema.id.

Kunjungan ini menjadi sinyal awal bahwa Olang Mesa tidak hanya hadir sebagai ruang menikmati kopi, tapi juga bisa tumbuh menjadi panggung kecil yang mempertemukan budaya, kreativitas, dan media digital.

Edwin berharap, kehadiran Café Olang Mesa dapat menjadi jembatan antara generasi muda dan akar budayanya. Dengan pendekatan yang akrab dan kekinian, budaya bisa kembali hidup — tidak di museum, tetapi di tengah kehidupan sehari-hari.

“Kami ingin Olang Mesa jadi ruang yang membuat orang merasa dekat dengan tradisinya, tanpa merasa sedang ‘diajar’,” tambah Edwin.

Café Olang Mesa kini menjadi titik temu di Majene — tempat di mana secangkir kopi bisa memantik obrolan tentang laut, perahu, dan rumah besar yang bernama budaya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *