Mamuju, 12 Juli 2025 — Gedung Perpustakaan Daerah Kabupaten Mamuju kembali menjadi ruang ekspresi dan apresiasi seni literasi. Kali ini, giliran mahasiswa dari Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Tomakaka Mamuju yang menggelar Malam Pagelaran Sastra sebagai bentuk ujian akhir semester sekaligus sebuah selebrasi terhadap karya dan kreativitas dari mahasiswa.
Acara tersebut digelar di landscape Perpustakaan Daerah dengan menampilkan puisi, drama berbahasa inggris, pembacaan hingga monolog. Suasana malam itu dipenuhi semangat literasi, seni, dan refleksi kebudayaan dari para generasi calon pendidik.
Hadir memberikan sambutan, Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Mamuju, M. Fausan Basir, menyampaikan apresiasi kepada mahasiswa FKIP yang telah memilih perpustakaan sebagai panggung ekspresi. Dalam sambutannya, ia menegaskan bahwa perpustakaan bukan sekadar tempat membaca buku, melainkan rumah bersama bagi ilmu pengetahuan dan kebudayaan.
“Kenapa semua fasilitas perpustakaan ini gratis? Karena pemerintah ingin menyampaikan satu hal penting: bahwa pemerintah hadir untuk rakyat, dan melalui Dinas Perpustakaan, pemerintah berpihak pada pengetahuan,” tegas Fausan Basir di hadapan para peserta.
Ia juga menekankan bahwa Dispusip membuka ruang bagi siapa saja—mahasiswa, pelajar, komunitas, bahkan warga biasa—untuk menjadikan perpustakaan sebagai ruang kegiatan yang membangun kecerdasan kolektif dan budaya literasi di Mamuju.
Pagelaran ini sekaligus menjadi cermin dari komitmen bersama antara dunia pendidikan tinggi dan pemerintah daerah dalam mendorong lahirnya ruang-ruang publik yang mencerahkan, membebaskan gagasan, dan memperkaya narasi kebudayaan lokal.
Dekan FKIP Unika menyampaikan terima kasih atas fasilitasi dan sambutan yang diberikan oleh Dispusip. Mereka berharap kegiatan ini bisa menjadi awal dari sinergi yang lebih kuat antara kampus dan perpustakaan sebagai mitra dalam pendidikan.
“Terima kasih kepada Dinas Perpustakaan yang memberi FKIP tempat untuk mengelar kegiatan mahasiswa”
Malam pagelaran ini menandai semangat baru: bahwa literasi bukan hanya dibaca, tetapi juga dipentaskan—dan perpustakaan adalah panggung terbaik untuk itu.