Konsolidasi Gerakan Literasi: Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Ajak Komunitas Literasi Bermitra

Mamuju, 28 Februari 2025 – Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (Dispusip) menggelar Konsolidasi Gerakan Literasi di Mini Teater Dispusip sebagai langkah untuk memperkuat sinergi dengan komunitas literasi. Acara ini menjadi momentum penting bagi berbagai komunitas literasi di Mamuju untuk berdiskusi, menyampaikan aspirasi, serta merancang kolaborasi dalam mendukung peningkatan minat baca dan literasi di masyarakat.

Dalam kegiatan ini, Dispusip mensosialisasikan berbagai program perpustakaan serta mengajak komunitas untuk bermitra dalam pelaksanaan program literasi. Selain itu, Dispusip menegaskan bahwa seluruh fasilitas perpustakaan dapat diakses secara gratis dengan satu syarat: tempat yang digunakan harus lebih bersih setelah dipakai.

Acara ini dihadiri oleh kurang lebih dari 20 komunitas literasi, termasuk Ruang Kata, Bergosip, Senyawa, Lingkar Literasi Intensif, Ruang Baca Raudah Nabawai, Ruang Baca Mawayami, Manakarra Book Club, TBM Indonesia Membaca, Akar Air Institute, Suar Semesta Sampaga, serta organisasi Fatayat NU. Antusiasme peserta terlihat dari diskusi yang interaktif dan berbagai gagasan yang disampaikan.

Dukungan untuk Literasi yang Lebih Inklusif

M. Fausan Basir, perwakilan dari Dispusip, menerima banyak masukan dari para peserta terkait pengembangan gerakan literasi. Salah satu yang menjadi perhatian utama adalah pentingnya memastikan ketersediaan buku berkualitas dan inklusivitas dalam program literasi.

Fatiah, seorang guru prakarya sekaligus anggota komunitas perempuan Bergosip, menyampaikan harapannya agar perpustakaan menyediakan buku-buku bermutu yang bisa diakses lebih mudah oleh masyarakat. Sementara itu, Imelda, Ketua Fatayat NU, menekankan agar pengembangan literasi tidak hanya berfokus pada anak sekolah dan mahasiswa tetapi juga menyasar ibu-ibu yang membutuhkan edukasi literasi.

Selain itu, Sakinah dari TBM Indonesia Membaca mengusulkan agar layanan mobil perpustakaan keliling memiliki durasi waktu yang lebih lama di setiap titik pemberhentian. Ini akan memberikan kesempatan lebih banyak bagi masyarakat untuk mengakses dan membaca buku secara lebih maksimal.

Strategi Meningkatkan Literasi Digital dan Promosi Kegiatan Perpustakaan

Selain membahas penguatan literasi konvensional, diskusi juga menyoroti pentingnya literasi digital. Iqra dari Young Progressive mengungkapkan keprihatinannya terhadap banyaknya konten negatif yang beredar di media sosial dan menekankan perlunya peningkatan literasi digital. Ia berharap perpustakaan bisa turut berperan dalam memberikan edukasi dan kampanye terkait literasi digital kepada masyarakat.

Jack dari komunitas Senyawa mengusulkan agar Dispusip dapat membantu menyediakan pemateri digital marketing untuk kegiatan pelatihan komunitas mereka. Hal ini dianggap penting agar literasi tidak hanya berhenti pada membaca dan menulis, tetapi juga bisa dikembangkan menjadi keterampilan praktis yang bermanfaat bagi generasi muda.

Di sisi lain, Rosida, seorang content creator, menyampaikan pentingnya menghadirkan lebih banyak konten positif di media sosial. “Perlu ada lebih banyak suntikan konten berkualitas agar media sosial tidak hanya didominasi oleh konten yang kurang bermutu,” ujarnya.

Dengan berbagai masukan yang telah disampaikan, Dispusip diharapkan dapat mengembangkan kebijakan yang lebih inklusif dan efektif untuk mendukung gerakan literasi yang berkelanjutan di Mamuju. Konsolidasi ini menjadi langkah awal dalam memperkuat kolaborasi antara perpustakaan dan komunitas dalam membangun budaya literasi yang lebih maju dan adaptif terhadap perkembangan zaman.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *