Mamuju, 13 September 2025 — Dosen Universitas Tomakaka Mamuju Dr. Srifatmawati Ahmad, SE.,M.M sebagai Ketua , Sedangkan Ridwan SP.,M.Si dan Sudarman, SP.,M.Si sebagai Anggota kegiatan bersama mahasiswa melakukan Program Pengabdian Kepada Masyarakat melalui hibah dari kemendiktisaintek dengan meluncurkan program pemberdayaan masyarakat berbasis inovasi produk cocopeat—serbuk sabut kelapa yang diolah menjadi media tanam unggul untuk urban farming. Program ini menargetkan kelompok ibu-ibu PKK, karang taruna, serta pelaku UMKM pemula di tiga kelurahan sebagai pilot. Inisiatif ini diharapkan memperkuat ketahanan pangan keluarga dan membuka peluang usaha baru dari hulu (pengolahan sabut) hingga hilir (penjualan bibit/hasil panen).
Penggunaan cocopeat dipilih karena sifat fisik–kimianya mendukung pertumbuhan tanaman di lahan terbatas: daya pegang air tinggi, porositas baik, serta kapasitas tukar kation (CEC) yang memadai—sehingga efektif sebagai campuran media tanam sayur dan buah dalam pot/vertikultur. Sejumlah studi menampilkan karakteristik tersebut dan merekomendasikan pencampuran cocopeat dengan bahan bertekstur lebih kasar atau kaya hara (misal arang sekam/kompos/pupuk kandang) agar aerasi seimbang dan nutrisi lebih tersedia.
Di tingkat sosial–ekonomi, kegiatan urban farming terbukti mampu menambah pendapatan rumah tangga dan memperluas kesempatan kerja mikro di kawasan perkotaan melalui produksi serta penjualan hasil budidaya lokal. Temuan-temuan ini menjadi landasan pendekatan pemberdayaan dalam program Mamuju, yang menggabungkan pelatihan teknis, penguatan kelembagaan kelompok, serta akses pasar.
Sebagai bagian dari warga dilatih mengolah sabut kelapa menjadi cocopeat bernilai jual. Praktik serupa pada program pengabdian di daerah lain menunjukkan peningkatan keterampilan, munculnya minat wirausaha baru, dan dampak ekonomi keluarga—indikator bahwa model bisnis berbasis limbah kelapa realistis direplikasi di Mamuju yang memiliki pasokan bahan baku dari pesisir Sulawesi Barat.
Ke depan, pemerintah daerah menargetkan terbentuknya rantai nilai cocopeat–urban farming: bank sabut kelapa di tingkat RT/RW, unit produksi cocopeat skala kelompok, distribusi media tanam siap pakai, serta kios bibit dan sayur segar di kelurahan. Dengan ekosistem ini, program diharapkan berkontribusi pada penguatan ekonomi lokal dan kesejahteraan rumah tangga Mamuju secara berkelanjutan.
Ke depan, dosen Universitas, mahasiswa dan pemerintah daerah akan berkolaborasi terbentuknya rantai nilai cocopeat–urban farming: bank sabut kelapa di tingkat RT/RW, unit produksi cocopeat skala kelompok, distribusi media tanam siap pakai, serta kios bibit dan sayur segar di kelurahan. Dengan ekosistem ini, program diharapkan berkontribusi pada penguatan ekonomi lokal dan kesejahteraan rumah tangga Mamuju secara berkelanjutan.
Menurut ibu Dr. Srifatmawati Ahmad, SE.,MM, pemanfaatan cocopeat akan difokuskan pada budidaya sayuran daun, buah, dan tanaman hias dalam sistem pot maupun vertikultur. “Urban farming berbasis cocopeat bukan hanya untuk ketahanan pangan keluarga, tetapi juga menjadi peluang usaha baru yang dapat meningkatkan pendapatan rumah tangga,” ujarnya.
Selain memanfaatkan potensi lokal dari kelapa yang melimpah di Sulawesi Barat, program ini juga melibatkan kelompok ibu rumah tangga, karang taruna, dan UMKM. Masyarakat diberi pelatihan mulai dari teknik pengolahan sabut kelapa menjadi cocopeat, cara penggunaannya sebagai media tanam, hingga strategi pemasaran produk hasil panen.
Sejumlah warga mengaku antusias mengikuti program ini. Jafar, salah satu peserta pelatihan, menyebut bahwa urban farming berbasis cocopeat lebih praktis dan ramah lingkungan. “Dengan lahan terbatas, kami bisa tetap menanam sayuran sendiri bahkan menjual hasil panen di pasar lokal,” katanya.
Program ini hadir menjawab tantangan keterbatasan lahan pertanian sekaligus membuka peluang baru bagi masyarakat untuk berwirausaha di bidang pertanian perkotaan. Cocopeat dipilih karena memiliki kemampuan tinggi dalam menyerap dan menyimpan air, porositas yang baik, serta mendukung pertumbuhan akar tanaman. (rls)